Kamis, 21 Maret 2013

Surat terbukaku untuk Ibu 1


Ibu...
ibu selalu marah saat aku memarahi irfan dan menyuruhnya untuk mandiri, aku menyuruhnya untuk mengerjakan PRnya sendiri , menaruh baju kotorpada tempatnya,bangun tidur sendiri dan berangkat sekolah sendiri. Bukankah itu hal yang wajar untuk dilakukan anak kelas 5 SD? Atau Ibu lupa bagaimana dulu ibu memperlakukanku?  
Ibu selalu marah saat aku mengatai irfan bodoh, karena malas belajar dan tidak mau berusaha dengan PRnya. Apa ibu tidak berfikir bagaimana dulunya aku?. Dulu setiap aku ada PR dan bertanya kau selalu memarahiku, kau selalu berkata “bodoh ! otak monyet !” yang menyebabkan aku tidak pernah bertanya lagi padamu. Tiap aku punya tugas di sekolah dasar aku selalu pergi kerumah temanku dan belajar bersama kadang diajari ayahnya. Kadang aku juga bertanya pada tante susi karena saat itu aku itnggal di rumah nenek dan terkadang aku berusaha semampuku sampai menangis karena merasa sulit.

 Apa ibu tau penderitaanku saat itu? Ya, memang benar makanan selalu tersedia disana tapi bagaimana dengan ongkos sekolah? Saat itu aku membutuhkan 3 buku tulis saat ibu datang dan aku memintanya ibu berkata gunakan saja yang ada. Tanpa marah dan menolak aku menyetujuinya, bahkan aku menacari buku tulis bekas tante ade kuliah dan siapa tau saja masih ada yang kosong dan aku mendapatkanya. Sehingga hanya 1 buku aku gunakan untuk 2 pelajaran karena aku menemukan 1 buku dri gudang samping rumah nenek.

Apa ibu tidak berfikir bagaimana dulunya aku?. Aku selalu marah saat  Irfan meletakan bajunya sembarangan dan Ibu akan memarahiku balik. Apa ibu tidak ingat? Saat aku tinggal di rumah nenek, aku mecuci bajuku sendiri, menyikatnya, membilas dan menjemurnya dan ingat ibu, aku masih 9 tahun dan kelas 5 SD.

Aku hanya diantar 1 kali ke sekolah yang jaraknya cukup jauh bahkan aku harus menaiki metromini. Saat itu umurku masih 9 tahun bu dan masih menduduki kelas yang sama dengan Irfan saat ini bahkan irfan berusia 11 tahun lebih besar 2 tahun darikudan ia seorang Laki-laki  bukan perempuan tapi aku tidak sepertinya yang selalu diantar kesekolah . Aku menaiki metromini 41 dan apa ibu pernah memikirkan bagaimana aku turun dengan jalannya metromini yang begitu cepat dan  terkenal membahayakan? Hari pertama aku pulang sekolah sendiri , aku  menaiki mobil dari arah yang salah dan untungnya  sang kenek baik hati dan mengembalikan ongkos padaku. Hari kedua saat aku pulang,  metromininya begitu sumpek dengan banyak orang aku mecoba keluar dan menyelip saat metromini mulai berhenti aku melompat dan hampir saja aku tertabrak mobil di belakangku, kau tahukan ibu, metromini saat memberhentikan penumpang ia tidak benar-benar berhenti. Saat uang sakuku habis, aku juga berjalan kaki pulang kerumah kadang aku pulang kerumah nene dulu karena biasanya nenek akan memberiku duit goceng dan bisa kupakai untuk naik metromini. Kadang saat ibu dan bapak ga punya uang aku juga pulang pergi berjalan kaki ke sekolah dan tidak jajan.

Ahhh mungkin itu Cuma masa lalu dan caramu mendidiku dengan irfan memang sangat berbeda jauh aku selalu di tuntut untuk bisa sedangkan dia selalu dimanjakan. Kadang aku merasa sangat cemburu saat ibu selalu mendukungnya  dan memanjakannya dan bertahan dengan kebodohannya.  Sedangkan dulu aku di tuntut untuk pintar karena ibu dan bapak sellau bilang “ibu bapaknya guru masa anaknya bodoh, malu-maluin!”   mungkin ini bu,  ini semua alasanku mengapa aku selalu marah-marah kepada irfan dan aku ingatkan aku bukan kejam ! aku bukan jahat aku hanya ingin dia mandiri, bahkan aku yg lebih kecil dan seorang wanita dulu bisa lebih mandiri dari dia.

tolong bu, Apa karena  saat aku kecil dan belum punya adik , sasa dan irfan hidupku sangat sejahtera jadi aku harus selalu mengalah  apapun itu pada mereka? Karena mereka pantas untuk bahagia saat ini sedangkan aku saat kecil sudah pernah merasakan kebahagiaan lebih dulu. Ibu ,, kau bukan tuhan yang berhak untuk menentukan kebahagiaan.

Kau selalu bebicara tentang psikologis sasa dan irfan, kau sangat memahami keduanya. Tapi mengapa tidak denganku bu? Kau pernah bilang “sasa badung sebenrnya dia cari perhatian dan merasa kurang perhatian “  “irfan manja karena dia dulu di telantarin bapaknya” tapi pernah ga? Sekali ajah ibu bahas bagaimana psikologisku ? ibu hanya membahas psikologis yang menyakitkan untukku. Ibu selalu berkata “ PAYAH” ibu sellau bilang “ kamu tuh kaku kaya robot, kaya bapak kamu, g bisa  sosialisasi” ibu juga bialng “ kamu tuh terlalu sensian “ “kamu tuh terlalu jahat sama adik-adik kamu “  “cara bersahabat kamu tuh g asik” “ orang itu selalu mbutuhkan marketing, pinter siosialisasi” ibu apa pernah icha memukul irfan tanpa alasan? Memukul sasa tanpa alasan? Aku selalu punya alasan bu dan ibu selalu berkata apa yg ku lakukan adalah salah. Aku  berusaha utuk bisa berbasa-basi dengan orang lain apa ibu tidak melihat bagaimana usahaku selama ini? Aku selalu bilang aku butuh sebuah proses tidak bisa langsung menjadi seperti yang ibu inginkan. Apa ibu tidak perhatikan? Aku a yang dulu sangat jutek bahkan mendapat gelar di smp seperti itu, begitu sulitnya untuk tersenyum bagiku ibu dengan keadaan ibu dan bapak yan selalu bertengkar.  Tapi sekarang aku sudah bisa tersenyum sudah bisa mengespresikan hatiiku dan sudah bisa bergaul dengan orang lain walau tak pintar dan sehebat ibu. Tapi ibu tetap bilang aku payah, kaku  dan sebagainya.

Apa yang kurang dariku ibu? Aku selalu menuruti kemauanmu, kau minta aku untuk berubah, aku ubah diriku. Kau minta aku untuk menjadi yang kau mau aku turuti walau tak sesuai dengan prinsipku. Aku kadang lelah namun buka berati menyerah.  Namun aku bukan cermin dirimu bu, aku punya karakter sendiri dalam diriku, aku bukan fotokopimu yang dilahirkan dengan keinginan sikap dan tujuan yang sama. Aku hanya anakmu bu, anak yang selalu berusaha menjadi yang terbaik dan membanggakanmu. Tolong berhenti menuntutku dan pikirkan kembali mengapa aku bersikap seperti itu kepada sasa dan irfan. Semuanya beralasan bu, tolong lihat dibalik sikapku jangan hanya lihat di bagian awalnya saja, kau akan sellau menyesal jika hanya melihat dari satu sisi saja.

Ini yang selalu ingin icha bilang ke ibu, alesan-alesan dibalik sikap icha, mungkin suatu saat nanti ibu akan membacanya. Icha hanya bisa berkata disini karena setiap kata yang keluar dari diri icha tak pernah ibu indahkan bahkan ibulah yang paling benar dan icha tak berhak ntuk beralasan. Jika ibu benar-benar membacanya suatu saat nanti, icha Cuma pengen ibu tahu kalau icha sayang banget sama ibu, ibu adalah ibu yang hebat , seberapapun icha mencoba belum tentu icha sehebat ibu. Icha ga dendam sama ibu hanya saja dimasa depan icha akan menjadi ibu yang lebih baik dari ibu dan tidak akan melakukan hal yg sama kepada anak icha, karena itu menyakitkan icha pernah di posisi itu. Icha harap ibu akan membacanya dengan tersenyum bukan menangis karena penyesalan. Ibuku yang cantik terima kasih, telah menjadikanku kuat, lebih kuat dari yang lain. Kau wanita hebat yang terus membuatku menangis namun tetap mencintaimu sampai akhir. Maafkan anakmu ini yang tidak bisa menjadi yg kau inginkan Icha sayang Ibu